Mapag Panganten merupakan salah satu ritual adat dalam pernikahan yang dilaksanakan oleh masyarakat Sunda. Kata “Mapag” dalam bahasa Sunda memiliki arti menjemput atau menyambut. Sedangkan “Panganten” merupakan pengantin. Jadi, Mapag Panganten memiliki arti menjemput atau menyambut pengantin beserta keluarga pengantin dengan diiringi oleh musik tradisional Sunda dan tari-tarian yang disaksikan langsung oleh tamu undangan.
Prosesi Mapag Panganten dapat dilakukan pada acara akad nikah ataupun pada saat resepsi. Apabila Mapag Panganten dilaksanakan pada acara akad nikah, maka prosesi ini dilakukan untuk menjemput calon pengantin pria bersama keluarganya menuju ke kursi akad (tempat yang sudah disediakan untuk ijab kabul). Sedangkan pada acara resepsi, biasanya akad nikah telah dilakukan sebelumnya dan prosesi pun dilakukan untuk menjemput kedua pengantin yang sudah syah menjadi suami istri ke kursi pelaminan.
Menurut Wahyu Wibisana, seorang budayawan Sunda, menjelaskan bahwa sejak tahun 1920-an prosesi Mapag Panganten telah biasa dilakukan di Kadaleman dengan diiringi pertunjukan Karawitan dan Tari Baksa. Setelah itu, upacara pernikahan adat Sunda terus berkembang dan tak hanya dilakukan di Kadaleman saja.
Beberapa model baru dalam prosesi Mapag Panganten kemudian muncul, termasuk salah satunya media tari yang dikembangkan oleh R. Rahmat Sukma Saputra yang dahulu pernah menjabat sebagai Kepala Urusan Kebudayaan Jawa Barat, yang juga seorang penari tayub pada tahun 1960-an. Prosesi Mapag Panganten yang dikembangkannya pada saat itu adalah ketika calon pria datang ke calon pengantin perempuan akan disambut dengan Gending Gamelan Degung kemudian Lengser, Penari Gulang-Gulang, Penari Payung, dan terakhir Penari Baksa. Semua pelakunya adalah laki-laki.
Tak hanya itu, Wahyu Wibisana juga melakukan kreasi baru dalam prosesi Mapag Panganten, yaitu adanya sentuhan Gending Karesmen dalam garapannnya, sehingga upacara penyambutan pengantin dikenal dengan nama Karesmen Mapag Panganten. Kata “Karesmen” memiliki arti sandiwara ku tembang dipirig ku gamelan (sandiwara yang dinyanyikan dan diringi oleh gamelan).
Seiring berjalannya waktu, Mapag Panganten memiliki berbagai macam kreasi. Salah satu yang paling sering dilakukan adalah prosesi dibuka dengan Lengser yang melakukan gerak sembah dan mengucapkan rajah. Kemudian, dilanjutkan dengan Pembawa Payung Agung, Penari Merak, Lengser Midang bersama Ambu, dan disambung oleh Penari Pamayang. Setelah semua sudah berada di depan calon mempelai pria, selanjutnya semua menari mengantarkan calon pengantin pria sampai ke kursi akad. Setelah tarian selesai, dilanjutkan dengan Walimahan, Sungkeman, Nincak Endog, Meuleum Harupat, Parebut Bakakak Hayam, Huap Lingkung dan Saweran.
Meskipun prosesi Mapag Panganten merupakan upacara adat, saat ini sudah banyak pula kreasi yang menggabungkan unsur adat Sunda dengan budaya modern. Ada beberapa wedding organizer yang melakukan kreasi penggabungan ini dengan menyertakan pemain saxophone yang memainkan instrumennya.
Prosesi Mapag Panganten yang kini sudah memiliki banyak kreasi tetap menjaga pola tradisi agar makna dan nilai-nilai filosofisnya tetap bertahan. Setiap kreasi yang diberikan pada dasarnya tetap ingin menyajikan sebuah sajian yang mengundang daya tarik dan menyajikan sebuah garapan sebagai simbol untuk memuliakan tamu yang hadir dalam pertunjukan tersebut.